[KBR|Warita Desa] Dulu, kegiatan mendongeng mungkin sebatas dilakukan di kamar tidur, saat para orang tua sedang mengeloni anak-anaknya.
Tapi sekarang, kegiatan bercerita marak dilakukan di ruang digital lewat medium podcast, entah untuk sekadar menghibur, berbagi informasi, maupun untuk mengampanyekan isu-isu sosial.
Dalam setahun belakangan konten podcast di Spotifiy terus bertambah secara signifikan. Pendengarnya pun tidak sedikit. Mizter Popo, kreator podcast horor Do You See What I See, mengaku konten-kontennya sudah didengarkan hingga jutaan kali.
Begitupun Serafina Stefany, kreator podcast puisi Suara Puan ini mengaku banyak mendapat e-mail dari pendengarnya, yang ingin agar karya-karya puisi mereka bisa ditampilkan secara lisan dalam format podcast.
Kebangkitan budaya bertutur "baru" itulah yang kemudian dirayakan dalam acara Podcast Party KBR Prime di FX Sudirman, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Selain nama-nama yang disebut di atas, acara live talkshow garapan KBR Prime ini juga menghadirkan kreator podcast lain seperti Pangeran Siahaan (Box2Box Indonesia), Iqbal Hariadi (Subjective), Juris Bramantyo (Mari BerJuDi), Citra Dyah Prastuti (KBR Prime), Benny siauw (Disko), serta Asrul Dwi (Love Buzz) bersama narasumbernya Dena rachman.
Para "pendongeng digital" itupun berbagi pengalaman serta visi mereka dalam menggarap karya podcast di Indonesia.
Dari Obrolan Ngopi sampai Peluang Bisnis
Bagi Iqbal Hariadi, podcast adalah sarana untuk menyalurkan kesenangannya bercerita. Ia juga mengaku banyak menyerap pelajaran dari podcast buatan orang lain.
"Podcast itu bisa jadi sumber belajar, dan kayaknya di Indonesia podcast ini akan kaya genre (kontennya). Di sini budaya tutur lebih kenceng dari budaya nulis," kata Iqbal di Podcast Party KBR Prime, Kamis (3/10/2019).
Di kesempatan yang sama, Juris Bramantyo mengungkap bahwa podcast adalah media untuk mengangkat isu-isu yang ia nilai penting.
"(Podcast) ini media baru. Kita bisa mengangkat banyak isu sehari-hari, obrolan waktu lagi ngopi misalnya, yang penting juga untuk didengar orang lain," kata Juris.
Dan bukan sekadar hobi, menurut Pangeran Siahaan podcast berpotensi tumbuh menjadi lapak bisnis dan lahan iklan brand-brand besar, seperti yang terjadi pada konten video Youtube.
"Di podcast ada uangnya nggak? Ada, akan selalu ada, tapi lo harus usaha," kata Pangeran.
Pangeran pun memprediksi, ke depannya bisnis podcast akan bergantung pada konten, yakni kualitas isi cerita atau tema perbincangan yang diangkat.
"Banyak podcast (teknis perekaman) suaranya jelek, tapi engagement (pendengar) tinggi. Banyak juga podcast audionya bagus, tapi pendengar sepi. Jadi, it's always about content," kata Pangeran lagi.
Konten Podcast Tak Selalu Hiburan
Sampai saat ini podcast yang paling populer di Indonesia memanglah podcast berkonten hiburan. Tapi, di luar yang populer itu, ada banyak juga kreator yang mengembangkan konten-konten bertema "dalam".
Salah satunya adalah KBR Prime, portal podcast berbasis jurnalisme yang banyak membahas tema HAM secara populer.
"Podcast yang dari awal kami desain adalah podcast berbasis jurnalisme, karena itu yang sudah dilakukan KBR sejak 20 tahun lalu. Ini adalah bentuk evolusi, cara kita menjawab tantangan zaman," kata Pemimpin Redaksi KBR Citra Dyah Prastuti.
Contoh "dongeng" yang disuguhkan KBR Prime adalah Disko (Diskusi Psikologi) yang mengangkat tema kesehatan mental.
Kreator Disko Benny Siauw mengaku podcast ini dibuat untuk menghapus stigma buruk tentang masalah kejiwaan, semisal tentang skizofrenia atau orang-orang yang punya keinginan bunuh diri.
"Kesehatan mental perlu dibicarakan dengan baik dan benar. Tapi kita nggak mau menceritakan penyintas (masalah kejiwaan) dengan cara dramatisir. Kita justru mengangkat bahwa 'kamu bisa pulih'," kata Benny.
Ada lagi Love Buzz, salah satu podcast di KBR Prime dengan tema "cinta yang tidak biasa". Di salah satu episodenya, kreator Love Buzz Asrul Dwi sempat membahas pengalaman cinta transgender.
"Kita merasa punya aspirasi yang h